Jumat, 03 Januari 2014

LKMA 2013, sebuah catatan dari pembina

Alhamdulillah...luar biasa...Allahu akbar... Yes!!!  Alhamdulillah, selalu penuh syukur atas nikmat Allah Swt dari dulu, sekarang hingga nanti. Luar biasa, selalu merasa luar biasa, pantang putus asa, dan selalu haus akan prestasi karena kita adalah Muslim Terbaik. Allahu akbar, karena semua ini terjadi ataz izin Allah yang Maha Besar. Yes,  menjadi pamungkas agar keyakinan kita semakin kuat.

Latihan Kepemimpinan dan Manajemen tingkat Akhir 2013 atau biasa disingkat LKMA 2013 baru saja usai. Jamaknya sebuah program pelatihan, ada saja kisah-kisah yang tak terceritakan di dalamnya. Kisah itu seringkali menjadi bagian yang mengharubiru dan sungguh unforgetable. Entah itu untuk pesertanya, pembinanya atau juga orang lain yang konsen terhadapnya.
suasana di Kuala Lumpur

Kisah harian yang dialami delegasi SMAIT Insantama yang terdiri atas 38 siswa kelas 12 dan 8 Pembina dan Pendamping (2 Yayasan, 4 Guru dan 2 Wakil Orangtua Siswa) sudah tersaji dalam Kabar Reportase Harian di Blog spesial LKMA2013.blogspot.com. Tersaji lugas dengan gaya khas  siswa cergas. Insya Allah semua bisa sangat menikmati tulisannya. Ssst...sekadar info, mereka membuatnya sesaat setelah program harian selesai mereka laksanakan dan itu artinya reportase baru mereka buat di jam 22 sampai dengan 23 atau 24, sementara mereka sudah harus siap untuk program keesokan harinya pukul 4. Reportase ini mau tidak mau sudah harus selesai dan siap upload pada jam 6 pagi saat briefing harian dilaksanakan, jika tidak....hmmm mereka harus bersiap dengan ‘gempuran’ pertanyaan tajam dari para pembinanya! Weleh-weleh... Tegas sekali (tapi melihat faktanya, mungkin lebih tepat disebut  keras sekali) sikap para pembinanya. Tapi percayalah Nak, kami semua menitikkan air mata haru, meski – tentu saja – kami tahan agar jangan sampai tumpah ke bumi. Mengapa? Karena respon kalian yang luar biasa. Kalian selalu mau menuruti perintah, nasihat dan semua masukan kami. Kalian segera beristighfar ketika salah, bersujud syukur ketika selalu mendapat kemudahan dan sekaligus kebahagiaan di tengah kesulitan yang datang menerpa, berimprovisasi tinggi ketika mendapat tantangan dari kami. Singkatnya, kalian selalu always cemungudh apapun yang terjadi. Alhamdulillah... Sungguh, kami berjuang keras agar air mata ini tidak sampai jatuh! Uugh... Kami tak ingin mencederai suasana pelatihan yang so good, so nice, so delicious and so wauw....

Ok, back to the topic...  seperti judulnya, tulisan ini hendak melihat LKMA lebih dalam apa sesungguhnya yang tengah berkecamuk di pikiran dan hati para siswa peserta pelatihan, tentu saja dari sisi catatan pembina. Meski tidak bisa semua (wew, bayangkan akan berapa banyak jumlah halamannya kalau mesti merangkum 38 pendapat siswa yang bagus-bagus ini!) Ok, kita mulai...


Siapa sesungguhnya mereka ini ?  Almas Radifan, siswa yang sejak kelas 10 mengklaim dirinya sebagai calon mahasiswa FK UGM, menjawabnya, ‘sebenarnya setiap individu dari kami tidak memiliki kemampuan yang istimewa. LKMA ini diberikan bukan semata-mata diberikan karena, misalkan, ada individu yang sangat pintar, kaya, rajin dan sangat hebat. Bukan! Akan tetapi, itu semua (kemampuan yang diberikan dalam LKMA) didapatkan kami semua dalam sebuah TEAM dan tentunya proses mendapatkannya juga tidak mudah. Karenanya, LKMA ini ibarat hadiah buat kami sebagai sebuah tim. Sungguh luar biasa...

Yap. Mereka masuk ke sekolah ini dengan latar belakang yang berbeda satu dengan lainnya bahkan dengan tingkat disparitas kapasitas individual yang cukup tinggi. Dari nilai, potensi dan kemampuan akademis, kesukaan dan keaktifan berorganisasi sebelumnya, karakter cara berpikir dan bersikap, asal daerah dan buanyak lagi lainnya.  Meski terbilang sekolah sederhana, namun siswanya datang dari seluruh Indonesia dan bahkan ada juga dari Malaysia. Dalam istilah saya, ini sekolah sederhana namun dengan mimpi besar yang luar biasa.  Itulah sebabnya, salah satu pendekatan dalam pembinaan kepemimpinan yang diberikan, sejak awal mereka diperlakukan sebagai sebuah team, together everyone achieves more.  Sejak dini mereka digesa harus punya 3 in 1, pemikiran yang satu, perasaan yang satu dan aturan yang satu. Berapa pun tingkat disparitas kapasitas yang ada diabaikan saja. Mengapa? Itu karena semua harus sukses dunia akhirat bersama-sama! Moto kita, ‘Tidak ada orang yang gagal, yang ada adalah orang yang tidak mau sukses’ !

ini dia bu dosen (amiin) : Fadhliyyah RN
Bagaimana sikap mereka pada mulanya? Sikap beragam ditunjukkan. Karena sudah menerima materi LDK 1 dan 2 beserta training lanjutannya di Kelas 10 dan LKMM di kelas 11, mereka umumnya relatif menerima, pasrah (wedew pasrah!) dan semangat 45, bahkan menantang balik pembinanya agar segera mewujudkannya. Nah lho!  Namun ada juga yang masih ‘kritis’.  Fadliyah Rahmah Natsir, siswa yang kerap disebut teman-temannya sebagai bu dosen ini menuturkan, ‘sekilas LKMA ini memang hal yang tidak wajar! Mana mungkin anak seusia SMA dilatih berani berbicara tentang model kepemimpinan suatu negara? Mana mungkin remaja 17 tahun berani berbicara bahwa negeri kita sudah diambang kehancuran, the failed state secara ilmiah?  Mana mungkin anak yang masih belia ini dilatih untuk berpikir kritis, sistematis untuk dapat menganalisis keadaan dan berkontribusi membangun peradaban dunia yang telah rusak ini?  Manalah mungkin...?  Fikriyyah Khairani yang selalu menyebut dirinya Sang Pemimpi ini menambahkan, ‘...belum lagi kisah ‘menyedihkan’ yang harus dilalui dalam 11 bulan persiapan sejak Januari 2013 sampai dengan November 2013 jelang keberangkatannya. Di sini ada proses panjang pembentukan sikap mental individual dan team (menyusun proposal, presentasi, membangun jaringan dan relasi, disiplin menabung, berjualan apa saja yang bisa kita jual, jualan kambing qur’ban spesial,  mendatangi kampus-kampus favorit di Bandung dan Jakarta untuk presentasi konsep kita dan diskusi, fundraising sendiri dan....hmmm masih sangat banyak lagi; juga membagi waktu antara sekolah, dakwah dan LKMA dengan segala pernak perniknya). Atas semua ‘jatuh bangun’ dan hiruk pikuk di dalamnya, benar sekali kata Ustadz Ismail Yusanto saat melepas kita, ‘ini badai yang kita buat sendiri! Ya, badai yang bermanfaat untuk masa depan kita nanti’.  Wajar kalau ada saja yang tidak yakin akan berhasilnya program ini. Sebut saja Najway Azka Ar-Robbaniy. Finalis LKIR LIPI 2013 ini menyatakan, ‘... jujur, awalnya saya tak percaya ini akan terwujud. Tapi kini saya membuktikan sendiri apa yang dimaksud dengan Keyakinan Secara Pasti, Tanpa Keraguan!’ Nah!
let's buy something here 


Lantas apa julukan untuk program ini dari mereka?  Wah, untuk yang satu ini, saya harus bersiap dengan segala komentar mereka dari yang ‘miring’ sampai dengan yang ‘lurus’.  Tapi, apapun saya menerimanya, karena semua ini adalah bentuk apresiasi mereka pada program sekolah ini ...  dan lagi  ... kalau gak ada mereka, lalu siapa yang akan melakukannya? Plis deh... (hehehe). Ok, back to the topic again...  Rahmah tadi bilang, ini ‘Program yang Tidak Wajar! Jihan Fadhilah, siswa yang sempat nyaris ketinggalan pesawat karena tertahan di ruang tunggu (hehehe...) menyebutnya ‘The Most Extreamly Event!’.  Aulia Faricha Hidayat said that It’s not just a dream, it’s Our Big Dream’. Yap,  ‘It’s amazing event for my life, kata Reka Anita mengamini. Juga Afif Muhammad Sholahuddin Afif menyebutnya, ‘Luar Biasa!!!’. Afif kehabisan kata, maklum mantan Redaktur Jaish Update.  Indira Saramitha Batubara, editor reportase LKMA 2013 pun memungkasinya, ‘Impresif! Ini program master piece SMAIT Insantama sebagai satu rangkaian kegiatan pembinaan kepemimpinan sejak kelas 10 hingga 12. Lebih dalam lagi, program ini sangat menguji keimanan kita kepada Allah Swt.’

ini dia ketua LKMA 2013 kita : M. Afifuddin A
Apa yang mereka rasakan saat LKMA ?  ‘Terlalu banyak... satu kertas gak cukup’,  tegas Muhammad Afifuddin al Fakkar, ketua panitia LKMA 2013 mewakili teman-temannya. Pokoknya, ‘alhamdulillah saya bisa mengikuti serangkaian pembinaan kepemimpinan yang belum pernah ada di sekolah lain’ sambung Ziza Amira Syafini, siswa asal Malaysia yang rela turun kelas agar bisa masuk ke sekolah ini. Subhanallah.

Bagaimana komentar pihak yang dikunjungi?  Setelah melihat presentasi, cerita dan berdiskusi langsung dengan mereka, Kak Bintang Pamungkas, Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia Universiti of Malaya (PPI UM) menyebut sekolah ini, program ini dan mereka dengan 3 kata yang setara : ‘Gila’, ‘Gila’ dan ‘Gila’!!! Masya Allah deh. Komentar ini sama dengan yang ia berikan saat bertemu dengan angkatan pertama!   Kak Firman,  Kabid Pengembangan Organisasi PPI UM menyatakan ‘Great Days, kami sangat respek dengan kegiatan ini... saya masih terngiang dengan kakak kelas kalian yang pernah datang kemari dengan performa yang luar biasa. Kalian juga. It’s a great performance  presentation... tak banyak sekolah level SMA yang bisa seperti ini. Saya yakin kalian akan diterima di universitas-universitas terbaik di Malaysia dan Singapore. Teknik presentasi, kombinasi bahasa Arab dan Inggris, konten yang dibawakan di usia seperti ini... Saya speechless... Subhanallah. Insya Allah lebih dari semua itu, kalian akan jadi generasi pemimpin masa depan.’ Prof. Dr. Sharifuddin Muhammad Zein, Head of Chemistry Dept. UM mengalu-alukan mereka, respek atas perjuangan luar biasa yang ditempuh mereka untuk bisa menembus Malaysia dan Singapura. Sesuatu yang jarang atau bahkan tidak dilakukan oleh siswa selevel mereka di Malaysia. Prof. Dr. Tak ketinggalan, Prof. Dr. Yazrina Yahya, Deputy Director Office of International Relations Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pun memuji mereka, ‘Presentasi yang cemerlang, keep a goodwork’ seraya memastikan bahwa program seperti ini baru kali ini terjadi ...  

walaupun sudah malam mereka tetap kuat presentasi :D
Dr. Amri bin Md Yunus dari Faculty of Electrical Engineering Universiti Teknologi Malaysia di Johor mengagumi mereka, ‘Saya melihat potensi yang luar biasa pada diri kalian, apalagi dengan kemampuan bahasa Arab dan Inggrisnya. Teruskan, kalian calon pemimpin masa depan!
Prof. Rusdi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Kuala Lumpur tidak dapat menahan keharuannya setelah melihat presentasi dan berdiskusi dengan mereka, ‘inilah sesungguhnya esensi pendidikan. Inilah bagian yang sering hilang di dunia pendidikan! Seraya menepuk saya, ‘Sekolah ini harus segera memiliki sister school di sini. Tahun depan saya akan pertemukan Anda dengan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur untuk merintis jalan ke arah itu!’ Spontan saya pun menganggukkan kepala, ‘Siap Pak!’ Hmmmm, mereka sungguh luar biasa. Mereka memberi kami para pembinanya bonus yang tidak disangka-sangka ... Subhanallah. 

Pemirsa, komentar lebih haru dan membiru juga datang dari yang lain. Sesaat setelah kami beranjak dari kantin Kolej 10 UM untuk bergerak ke KBRI dan meneruskan perjalanan ke kota kedua setelah Kuala Lumpur, yakni Johor, seseorang memanggil saya. Akrab di telinga saya, ‘Pak, tahan sebentar, ada yang menangis di dapur kantin melihat rombongan Bapak akan pergi!’  Saya pun segera berbalik arah, subhanallah saya jumpai seorang karyawan kantin sedang menangis haru. Selama rombongan kami di UM dan makan di kantin ini, ia senang sekali. Ia melihat sosok-sosok yang masih belia dan penuh semangat. Ini mengingatkannya akan keluarganya di Jawa Timur. Ya, ia datang dari Jatim beberapa tahun lalu. Atasannya di kantin, Pakcik Yusuf, dekat dengan saya, karena dulu saat kuliah S2, saya pun sering makan di kantin ini. Menyadari situasi penuh keharuan ini, saya memanggil kembali seluruh rombongan untuk berpamitan khusus dengan sang karyawan dan didampingi Pakcik atasannya...

Kejadian yang hampir sama, bahkan keharuan menyelimuti rombongan kami dan pihak tuan rumah terjadi di Maktab Rendah Sains Mara (MRSM) Johor. Boarding school milik pemerintah  ini didirikan hanya 48 buah dan tersebar di seluruh Malaysia. Sekolah yang dikemas khusus untuk anak-anak paling pintar se Malaysia lewat seleksi adu pintar yang ekstra ketat. Saking dahsyatnya fasilitas yang diberikan, bolehlah mereka disebut sebagai masa depan Malaysia. Selama 3 hari 3 malam kami menginap di sana dimana 1 harinya kami melakukan kunjungan resmi (presentasi dan diskusi), sungguh tak bisa dilupakan. Waktu yang singkat tak menghalangi mereka untuk merajut ukhuwah dengan siswa MRSM yang juga seumuran dengan mereka. Saya tidak ingin mengulang kisah kunjungan resminya. Saya hanya ingin menuliskan hal ihwal tidak resminya yang jika Anda tidak meneteskan air mata, itu karena ketidakmampuan saya menuliskannya. Plis, forgive me, coz sama sekali saya tidak menyangka sedalam itu... Hari itu adalah hari terakhir rombongan berada di MRSM. Seperti biasa, kami memulai hari dengan tahajjud, tadarus, sholat Subuh berjamaah dan briefing pagi. Nah, saat briefing pagi itu, sesuatu yang penuh haru terjadi.  Tak diduga, briefing juga diikuti oleh teman-teman mereka dari MRSM yang ingin ikut mendengarkan dan bahkan ingin terus bersama mereka hingga naik bis nanti siang. Cukup banyak yang ikut. Kalau dihitung, rasanya setiap siswa punya 1 siswa MRSM. Ikhwan dengan ikhwan, akhwat dengan akhwat. Melihat situasi seperti itu, akhirnya saya memberikan kesempatan di sela-sela briefing, secara bergantian kepada mereka dan tuan rumah untuk memberikan sambutan ‘perpisahan’.  Sambutan dua belah pihak sangat menyentuh, seolah-olah mereka tak hendak dipisahkan.  Siswa MRSM tak ingin kami pergi. Anak-anak pun tak hendak  pergi dari MRSM.  Terungkap juga di sini bahwa, diantara mereka sudah terjadi saling tukar hadiah, dari benda-benda yang kecil sebangsa pin, gantungan kunci hingga jilbab yang dikenakan. Bahkan, kami pembina ikhwan pun turut kebagian kaos MRSM dari siswa-siswa di sini. Di sinilah saya tidak lagi melihat anak umur 17 tahun yang kadang ada unsur kekanak-kanakan. Mereka sungguh telah dewasa pola pikir dan sikapnya. Karuan, kami para pembina tak dapat lagi menahan rasa haru...

Air mata juga menetes saat berpamitan dengan keluarga besar KBRI di Singapura. Di Masjid KBRI, mereka siswa akhwat juga mendapat tugas khusus untuk melakukan pendekatan dan sharing dengan para TKW yang sedang menghadapi masalah. Ada sekitar 63 TKW yang sedang dibantu KBRI. Saat pamitan hari Rabu 20 November 2013 lepas subuh, jamaah TKW pun ikut memberikan kata-kata perpisahan.  Saat itulah, wakil dari TKW tak kuat lagi menahan tangis. Beliau berterima kasih atas kehadiran kami, atas doa yang diucapkan khusus untuk mereka. Ya, anak-anak mendoakan para TKW agar selesai persoalan yang dihadapinya dan dapat kembali ke pangkuan keluarganya dengan selamat. Kepada mereka, atas inisiatif Bp Ridwan, Wakil Dubes RI untuk Singapura, kami berikan sedikit tausiyah dan sekaligus motivasi untuk hidup lebih baik sesuai syariat Islam. Siswa akhwat pun berpamitan sambil berpelukan dengan para TKW. Sungguh pemandangan yang mengharukan.

Mereka memang Mutiara Umat...
Pak Andri Hadi, Dubes Indonesia untuk Singapura, yang awal Desember ini akan menempuh ujian Doktoralnya,  mengingatkan dan menguatkan kita semua untuk istiqomah di jalan yang telah dan terus kita tempuh ini, ‘Kami sangat yakin bahwa kalian telah ditempa luar biasa dari kelas 10 hingga kelas 12 sekarang ini. (Dari cara kalian menyampaikan secara tidak biasa), ada teknik presentasi dengan seni drama intelektual, cara menyampaikan, penguasaan materi, kemampuan melihat kondisi,  semuanya ditampilkan seperti layaknya mahasiswa tingkat 4 padahal masih SMA. Sungguh sesuatu yang membanggakan kita semua. Kita punya  anak muda yang sangat self confidence. (Saya yakin), insya Allah Indonesia akan lebih baik di masa depan.’

Tak hanya itu, Mr. Mohd. Anuar Yusop, Executive Director of Association of Muslim Professionals of Singapore yang dikunjungi 2 hari sebelum kembali ke tanah air, menitipkan pesan yang amat kuat, ‘Your School has done very well...and we’re feeling happy to meet you, Guys...This is what we can proud of. Hope you will be the next leader in the future.”

Hmmm...saat pertama kali melihat dan bertemu dengan mereka (juga semua siswa Insantama), saya dan kami semua di keluarga besar SMAIT Insantama (juga SIT Insantama) sangat yakin bahwa mereka adalah mutiara umat! Keyakinan inilah modal utama kami untuk membina mereka selayaknya kami melihat diri kami sendiri saat ini dan yang akan datang juga dengan modal yang sama...Keyakinan. LDK, LKMM, LKMA dan kelak Pesantren Wisuda hanyalah alat untuk menanam, memupuk dan mengokohkan keyakinan itu.  Semoga kalian tumbuh berkembang menjadi pemimpin umat yang pantang menyerah, pejuang yang tangguh, selalu gembira, setia pada syariat dan tetap tawadlu. Insya Allah.


Sebuah tulisan kecil dari  PKTC...km ‘pak karebet the coach...kata mereka’

the else :
check it out :)

souvenir di UTM

perwakilan dari KBRI-Singapore


siswa MRSM

let's pray :)

toko souvenir di UM

presentasi bertiga : good !!

first MC : nice



at Changi Airport

suasana presentasi di KBRI-Kuala Lumpur

1 komentar:

  1. Subhanallah........
    Terima kasih banyak PTKC dan para Pembina semuanya. Karena terus membangun kami menjadi pribadi2 sholih dan sholihah. Jazakumullah Khairan Katsiran
    Do'akan kami agar dapat menjadi MUTIARA UMAT yang sesungguhnya. Amin

    BalasHapus