Alhamdulillah...luar biasa...Allahu akbar...
Yes!!! Alhamdulillah, selalu penuh
syukur atas nikmat Allah Swt dari dulu, sekarang hingga nanti. Luar biasa,
selalu merasa luar biasa, pantang putus asa, dan selalu haus akan prestasi
karena kita adalah Muslim Terbaik. Allahu akbar, karena semua ini terjadi ataz
izin Allah yang Maha Besar. Yes, menjadi
pamungkas agar keyakinan kita semakin kuat.
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen tingkat
Akhir 2013 atau biasa disingkat LKMA 2013 baru saja usai. Jamaknya sebuah
program pelatihan, ada saja kisah-kisah yang tak terceritakan di dalamnya.
Kisah itu seringkali menjadi bagian yang mengharubiru dan sungguh unforgetable. Entah itu untuk
pesertanya, pembinanya atau juga orang lain yang konsen terhadapnya.
Kisah harian yang dialami delegasi SMAIT
Insantama yang terdiri atas 38 siswa kelas 12 dan 8 Pembina dan Pendamping (2
Yayasan, 4 Guru dan 2 Wakil Orangtua Siswa) sudah tersaji dalam Kabar Reportase
Harian di Blog spesial LKMA2013.blogspot.com. Tersaji lugas dengan gaya khas siswa cergas. Insya Allah semua bisa sangat
menikmati tulisannya. Ssst...sekadar info, mereka membuatnya sesaat setelah
program harian selesai mereka laksanakan dan itu artinya reportase baru mereka
buat di jam 22 sampai dengan 23 atau 24, sementara mereka sudah harus siap
untuk program keesokan harinya pukul 4. Reportase ini mau tidak mau sudah harus
selesai dan siap upload pada jam 6
pagi saat briefing harian dilaksanakan, jika tidak....hmmm mereka harus bersiap dengan ‘gempuran’ pertanyaan tajam dari
para pembinanya! Weleh-weleh... Tegas
sekali (tapi melihat faktanya, mungkin lebih tepat disebut keras sekali) sikap para pembinanya. Tapi percayalah Nak, kami semua menitikkan
air mata haru, meski – tentu saja – kami tahan agar jangan sampai tumpah ke
bumi. Mengapa? Karena respon kalian yang luar biasa. Kalian selalu mau menuruti
perintah, nasihat dan semua masukan kami. Kalian segera beristighfar ketika
salah, bersujud syukur ketika selalu mendapat kemudahan dan sekaligus
kebahagiaan di tengah kesulitan yang datang menerpa, berimprovisasi tinggi
ketika mendapat tantangan dari kami. Singkatnya, kalian selalu always cemungudh
apapun yang terjadi. Alhamdulillah... Sungguh, kami berjuang keras agar air
mata ini tidak sampai jatuh! Uugh... Kami
tak ingin mencederai suasana pelatihan yang so good, so nice, so delicious and
so wauw....
Ok, back
to the topic... seperti judulnya,
tulisan ini hendak melihat LKMA lebih dalam apa sesungguhnya yang tengah
berkecamuk di pikiran dan hati para siswa peserta pelatihan, tentu saja dari
sisi catatan pembina. Meski tidak bisa semua (wew, bayangkan akan berapa banyak jumlah halamannya kalau mesti merangkum
38 pendapat siswa yang bagus-bagus ini!) Ok, kita mulai...
Siapa sesungguhnya mereka ini ? Almas Radifan, siswa
yang sejak kelas 10 mengklaim dirinya sebagai calon mahasiswa FK UGM,
menjawabnya, ‘sebenarnya setiap individu
dari kami tidak memiliki kemampuan yang istimewa. LKMA ini diberikan bukan
semata-mata diberikan karena, misalkan, ada individu yang sangat pintar, kaya,
rajin dan sangat hebat. Bukan! Akan tetapi, itu semua (kemampuan yang diberikan
dalam LKMA) didapatkan kami semua dalam sebuah TEAM dan tentunya proses
mendapatkannya juga tidak mudah. Karenanya, LKMA ini ibarat hadiah buat kami
sebagai sebuah tim. Sungguh luar biasa...’
Yap. Mereka masuk ke sekolah ini dengan latar
belakang yang berbeda satu dengan lainnya bahkan dengan tingkat disparitas kapasitas
individual yang cukup tinggi. Dari nilai, potensi dan kemampuan akademis,
kesukaan dan keaktifan berorganisasi sebelumnya, karakter cara berpikir dan
bersikap, asal daerah dan buanyak lagi lainnya. Meski terbilang sekolah sederhana, namun
siswanya datang dari seluruh Indonesia dan bahkan ada juga dari Malaysia. Dalam
istilah saya, ini sekolah sederhana namun dengan mimpi besar yang luar
biasa. Itulah sebabnya, salah satu
pendekatan dalam pembinaan kepemimpinan yang diberikan, sejak awal mereka
diperlakukan sebagai sebuah team, together
everyone achieves more. Sejak dini mereka
digesa harus punya 3 in 1, pemikiran yang satu, perasaan yang satu dan aturan
yang satu. Berapa pun tingkat disparitas kapasitas yang ada diabaikan saja.
Mengapa? Itu karena semua harus sukses dunia akhirat bersama-sama! Moto kita, ‘Tidak
ada orang yang gagal, yang ada adalah orang yang tidak mau sukses’ !
ini dia bu dosen (amiin) : Fadhliyyah RN |
ini dia ketua LKMA 2013 kita : M. Afifuddin A |
Bagaimana komentar pihak yang dikunjungi? Setelah melihat
presentasi, cerita dan berdiskusi langsung dengan mereka, Kak Bintang Pamungkas,
Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia Universiti of Malaya (PPI UM) menyebut
sekolah ini, program ini dan mereka dengan 3 kata yang setara : ‘Gila’, ‘Gila’ dan ‘Gila’!!! Masya Allah deh. Komentar ini sama dengan yang ia
berikan saat bertemu dengan angkatan pertama!
Kak Firman, Kabid Pengembangan Organisasi PPI UM menyatakan
‘Great Days, kami sangat respek dengan
kegiatan ini... saya masih terngiang dengan kakak kelas kalian yang pernah
datang kemari dengan performa yang luar biasa. Kalian juga. It’s a great
performance presentation... tak banyak
sekolah level SMA yang bisa seperti ini. Saya yakin kalian akan diterima di
universitas-universitas terbaik di Malaysia dan Singapore. Teknik presentasi,
kombinasi bahasa Arab dan Inggris, konten yang dibawakan di usia seperti ini...
Saya speechless... Subhanallah. Insya Allah lebih dari semua itu, kalian akan
jadi generasi pemimpin masa depan.’ Prof. Dr. Sharifuddin Muhammad Zein,
Head of Chemistry Dept. UM mengalu-alukan
mereka, respek atas perjuangan luar biasa yang ditempuh mereka untuk bisa
menembus Malaysia dan Singapura. Sesuatu yang jarang atau bahkan tidak
dilakukan oleh siswa selevel mereka di Malaysia. Prof. Dr. Tak ketinggalan,
Prof. Dr. Yazrina Yahya, Deputy Director Office of International Relations
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pun memuji mereka, ‘Presentasi yang cemerlang, keep a goodwork’ seraya memastikan bahwa
program seperti ini baru kali ini terjadi ...
walaupun sudah malam mereka tetap kuat presentasi :D |
Prof. Rusdi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan
KBRI di Kuala Lumpur tidak dapat menahan keharuannya setelah melihat presentasi
dan berdiskusi dengan mereka, ‘inilah sesungguhnya esensi pendidikan. Inilah
bagian yang sering hilang di dunia pendidikan! Seraya menepuk saya, ‘Sekolah ini harus segera memiliki sister
school di sini. Tahun depan saya akan pertemukan Anda dengan Kepala Sekolah
Indonesia Kuala Lumpur untuk merintis jalan ke arah itu!’ Spontan saya pun
menganggukkan kepala, ‘Siap Pak!’
Hmmmm, mereka sungguh luar biasa. Mereka memberi kami para pembinanya bonus
yang tidak disangka-sangka ... Subhanallah.
Pemirsa, komentar lebih haru dan membiru juga
datang dari yang lain. Sesaat setelah kami beranjak dari kantin Kolej 10 UM
untuk bergerak ke KBRI dan meneruskan perjalanan ke kota kedua setelah Kuala
Lumpur, yakni Johor, seseorang memanggil saya. Akrab di telinga saya, ‘Pak, tahan sebentar, ada yang menangis di
dapur kantin melihat rombongan Bapak akan pergi!’ Saya pun segera berbalik arah, subhanallah
saya jumpai seorang karyawan kantin sedang menangis haru. Selama rombongan kami
di UM dan makan di kantin ini, ia senang sekali. Ia melihat sosok-sosok yang
masih belia dan penuh semangat. Ini mengingatkannya akan keluarganya di Jawa
Timur. Ya, ia datang dari Jatim beberapa tahun lalu. Atasannya di kantin,
Pakcik Yusuf, dekat dengan saya, karena dulu saat kuliah S2, saya pun sering
makan di kantin ini. Menyadari situasi penuh keharuan ini, saya memanggil
kembali seluruh rombongan untuk berpamitan khusus dengan sang karyawan dan
didampingi Pakcik atasannya...
Kejadian yang hampir sama, bahkan keharuan
menyelimuti rombongan kami dan pihak tuan rumah terjadi di Maktab Rendah Sains
Mara (MRSM) Johor. Boarding school
milik pemerintah ini didirikan hanya 48
buah dan tersebar di seluruh Malaysia. Sekolah yang dikemas khusus untuk
anak-anak paling pintar se Malaysia lewat seleksi adu pintar yang ekstra ketat.
Saking dahsyatnya fasilitas yang diberikan, bolehlah mereka disebut sebagai
masa depan Malaysia. Selama 3 hari 3 malam kami menginap di sana dimana 1
harinya kami melakukan kunjungan resmi (presentasi dan diskusi), sungguh tak
bisa dilupakan. Waktu yang singkat tak menghalangi mereka untuk merajut ukhuwah
dengan siswa MRSM yang juga seumuran dengan mereka. Saya tidak ingin mengulang
kisah kunjungan resminya. Saya hanya ingin menuliskan hal ihwal tidak resminya
yang jika Anda tidak meneteskan air mata, itu karena ketidakmampuan saya
menuliskannya. Plis, forgive me, coz
sama sekali saya tidak menyangka sedalam itu... Hari itu adalah hari terakhir
rombongan berada di MRSM. Seperti biasa, kami memulai hari dengan tahajjud,
tadarus, sholat Subuh berjamaah dan briefing pagi. Nah, saat briefing pagi itu,
sesuatu yang penuh haru terjadi. Tak
diduga, briefing juga diikuti oleh teman-teman mereka dari MRSM yang ingin ikut
mendengarkan dan bahkan ingin terus bersama mereka hingga naik bis nanti siang.
Cukup banyak yang ikut. Kalau dihitung, rasanya setiap siswa punya 1 siswa
MRSM. Ikhwan dengan ikhwan, akhwat dengan akhwat. Melihat situasi seperti itu,
akhirnya saya memberikan kesempatan di sela-sela briefing, secara bergantian
kepada mereka dan tuan rumah untuk memberikan sambutan ‘perpisahan’. Sambutan dua belah pihak sangat menyentuh,
seolah-olah mereka tak hendak dipisahkan.
Siswa MRSM tak ingin kami pergi. Anak-anak pun tak hendak pergi dari MRSM. Terungkap juga di sini bahwa, diantara mereka
sudah terjadi saling tukar hadiah, dari benda-benda yang kecil sebangsa pin,
gantungan kunci hingga jilbab yang dikenakan. Bahkan, kami pembina ikhwan pun
turut kebagian kaos MRSM dari siswa-siswa di sini. Di sinilah saya tidak lagi
melihat anak umur 17 tahun yang kadang ada unsur kekanak-kanakan. Mereka
sungguh telah dewasa pola pikir dan sikapnya. Karuan, kami para pembina tak
dapat lagi menahan rasa haru...
Air mata juga menetes saat berpamitan dengan
keluarga besar KBRI di Singapura. Di Masjid KBRI, mereka siswa akhwat juga
mendapat tugas khusus untuk melakukan pendekatan dan sharing dengan para TKW yang sedang menghadapi masalah. Ada sekitar
63 TKW yang sedang dibantu KBRI. Saat pamitan hari Rabu 20 November 2013 lepas
subuh, jamaah TKW pun ikut memberikan kata-kata perpisahan. Saat itulah, wakil dari TKW tak kuat lagi
menahan tangis. Beliau berterima kasih atas kehadiran kami, atas doa yang
diucapkan khusus untuk mereka. Ya, anak-anak mendoakan para TKW agar selesai
persoalan yang dihadapinya dan dapat kembali ke pangkuan keluarganya dengan
selamat. Kepada mereka, atas inisiatif Bp Ridwan, Wakil Dubes RI untuk
Singapura, kami berikan sedikit tausiyah dan sekaligus motivasi untuk hidup
lebih baik sesuai syariat Islam. Siswa akhwat pun berpamitan sambil berpelukan
dengan para TKW. Sungguh pemandangan yang mengharukan.
Mereka memang Mutiara Umat...
Pak Andri Hadi, Dubes Indonesia untuk
Singapura, yang awal Desember ini akan menempuh ujian Doktoralnya, mengingatkan dan menguatkan kita semua untuk
istiqomah di jalan yang telah dan terus kita tempuh ini, ‘Kami sangat yakin bahwa kalian telah ditempa luar biasa dari kelas 10
hingga kelas 12 sekarang ini. (Dari cara kalian menyampaikan secara tidak
biasa), ada teknik presentasi dengan seni drama intelektual, cara menyampaikan,
penguasaan materi, kemampuan melihat kondisi,
semuanya ditampilkan seperti layaknya mahasiswa tingkat 4 padahal masih
SMA. Sungguh sesuatu yang membanggakan kita semua. Kita punya anak muda yang sangat self confidence. (Saya
yakin), insya Allah Indonesia akan lebih baik di masa depan.’
Tak hanya itu, Mr. Mohd. Anuar Yusop, Executive
Director of Association of Muslim Professionals of Singapore yang dikunjungi 2
hari sebelum kembali ke tanah air, menitipkan pesan yang amat kuat, ‘Your School has done very well...and we’re
feeling happy to meet you, Guys...This is what we can proud of. Hope you will
be the next leader in the future.”
Hmmm...saat pertama kali melihat dan bertemu dengan mereka (juga semua
siswa Insantama), saya dan kami semua di keluarga besar SMAIT Insantama (juga
SIT Insantama) sangat yakin bahwa mereka adalah mutiara umat! Keyakinan inilah
modal utama kami untuk membina mereka selayaknya kami melihat diri kami sendiri
saat ini dan yang akan datang juga dengan modal yang sama...Keyakinan. LDK,
LKMM, LKMA dan kelak Pesantren Wisuda hanyalah alat untuk menanam, memupuk dan
mengokohkan keyakinan itu. Semoga kalian
tumbuh berkembang menjadi pemimpin umat yang pantang menyerah, pejuang yang
tangguh, selalu gembira, setia pada syariat dan tetap tawadlu. Insya Allah.
Subhanallah........
BalasHapusTerima kasih banyak PTKC dan para Pembina semuanya. Karena terus membangun kami menjadi pribadi2 sholih dan sholihah. Jazakumullah Khairan Katsiran
Do'akan kami agar dapat menjadi MUTIARA UMAT yang sesungguhnya. Amin