LKMA 2013
Malaysia--Singapura ... Boleh..Boleh..Boleh,
LKMA Tak Sekedar Presentasi!
malaysia |
Mungkin di sebagian orang tidak ada masalah kalau jalan-jalan ke luar
negeri, tapi kita yakin untuk ukuran
orang Indonesia pada umumnya, masih sangat sedikit golongan orang yang seperti
ini.
singapore |
Inilah kehebatan pertama yang saya rasakan di LKMA ke-2 SMAIT Insantama,
setelah LKMA ke-1 sukses di tahun sebelumnya. Hampir 200 juta rupiah biaya yang
dibutuhkan untuk LKMA 2013. Dan ini sepenuhnya tergantung pada strugle para siswa kelas XII SMAIT
Insantama untuk mendapatkannya dengan cara apapun yang dihalalkan syara’.
Target waktu 11 bulan dimana mereka harus meng-collect dana tersebut.
Mencari sponsorship,
menggalang donasi yang tidak mengikat, berwirausaha, hingga menabung. Maka sekitar Rp.18.000.000,- menjadi target
setiap bulan sejak mereka menjejakkan kaki di kelas XI.Di satu sisi, mereka
juga akan menghadapi Ujian Nasional yang kurang 5 bulan lagi! Ini kehebatan pertama....
Bergembiraaaa..... inilah jawaban yang keluar dari para peserta LKMA
jika ditanya “ngapain kita hari ini?”.
Tapi benarkah di LKMA ini kita just
happy-happy? Apalagi kesan negara
yang menjadi destinasi adalah Singapura. Negara yang selama ini sangat nyaman
sebagai tempat melancong berbagai bangsa dan kepentingan.
Dimulai dari 10 November 2013 hingga sepuluh hari berikutnya kami
menjalani ‘kegembiraan’ ini.7 hari di Maysia dan 3 hari di Negara Patung Singa
Putih.
Bagi saya pribadi, ini sangat memotivasi. Mengapa? Karena selama LKMA
saya tidak pernah bolong dari qiyamul
lail, sedangkan ketika saya di rumah, menegakkan shalat malam begitu berat
dilaksanakan setiap hari! Ini kehebatan
kedua....
Bada shubuh,
Pak Andi bersalam hangat :D |
Kami para pembina, dalam misi ini hanya bertugas untuk mengantarkan
para delegasi, yaitu anak-anak kami SMA kelas XII. Yes, kami hanyalah sebagai
pengantar saja... ibarat orang tua yang mengantarkan anaknya bimbel. Kami hanya memastikan bahwa anak-anak kami
aman dan terhormat datang sebagai delegasi sekolah di negeri orang.
pak rimun - pak agung - pak muhib |
Dan people disana adalah
orang yang terbiasa dengan dua bahasa, Melayu dan English. Maka semua siswa
dituntut untuk menyampaikan presentasi itu dalam 2 bahasa plus satu. Bahasa satu lagi
adalah ‘Arabic.Inilah kehebatan
ketiga...
Semua presentasi disampaikan ke dalam tiga bahasa tersebut, kecuali
presentasi di dua tempat, yaitu KBRI di Malaysia dan Singapura.Why?
Karena di tempat ini adalah ‘rumah kita sendiri’. Kita bertemu dengan ‘orang tua’ kita
sendiri. Sehingga kita menggunakan
bahasa ibu kita. Namun lebih dari itu,
agar kita bisa banyak menyerap dan menangkap informasi dari ‘orang tua’ kita
yang tinggal di negeri orang tersebut sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin,
tanpa ada salah paham tentang Malaysia dan Singapura.
Tentu ini membutuhkan planning dan pengorganisasian yang tidak
asal-asalan, karena kita tahu siapa yang akan kita hadapi. Dan inilah yang
pemuda-pemuda itu lakukan. Mereka
menentukan siapa orang-orang yang cocok diantara mereka untuk berbicara di
instansi-instansi yang berbeda.
Inggih... jika kita berkaca pada sejarah penyebaran Islam di Nusantara oleh
para Wali Songo, yang salah satunya berda’wah dengan wasilah wayang kulit maka tidak berlebihan jika saya mengatakan,
bahwa LKMA inilah ‘Wayang Da’wah’
tersebut. Anak-anak belia itu adalah
para da’inya. Dan kedatangan kita
diterima dengan hormat dan kehormatan oleh sahabat-sahabat di negara jiran itu.
Sama-sama datang ke Malay dan Singapura, bukan sebagai TKI, bukan
sekedar melancong, bukan pula sekedar study banding. Memang, LKMA tidak sekedar presentasi! Ini baru kehebatan kelima.....
Kegiatan kunjungan rata-rata berakhir pukul 22.00 WTS.
Dengan badan letih namun tetap full of spirit, kami pulang menuju kolej-kolej kita. Setiap hari para siswa harus membuat reportase
harian dan di-upload di web yang mereka buat sendiri. Ada yang memang bisa langsung tidur, dan ada
pula yang harus bertahan di depan layar laptop untuk mengerjakan tugas. Tidak
terkecuali para pembina.
Semua waktu optimal untuk diskusi, observasi, latihan berda’wah dan
menjalin public relation di negri
jiran tersebut.
Bolehkah kita ‘membeli belah’
alias shopping? Tentu boleh... “Waktu
Anda 40 menit dari sekarang!” kata PaKar (Pak Karebet). Itupun cuma 2 kali. Satu di Central Market
Malaysia dan satu lagi di area Mustofa Market-Singapura. ‘Belah’ yang dibeli
pun ‘belah’ yang istimewa yang akan dipersembahkan untuk ummi dan abi mereka...
Bagiku,
ini adalah Amazing Programe! Disana saya
banyak belajar dan menimba hikmah, baik dari muatan acaranya, dari anak-anak,
dan dari kehidupan negara lain. Saya
sangat menantikan masa dimana ketika saya pergi ke 2 negara itu, mungkin bisa
lebih dari Malay & Singapor, sudah tidak lagi menggunakan paspor dan sibuk
dengan urusan imigrasi. Insya Allah akan tiba masa itu!
Bogor, Desember 2013
Mr. Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar