Rabu, 01 Januari 2014

Secuil Kesan dari Pak Agung

LKMA 2013
Malaysia--Singapura ... Boleh..Boleh..Boleh,
LKMA Tak Sekedar Presentasi!


Tidak semua orang berkesempatan pergi ke luar negeri...
malaysia
Inilah kesempatan yang perlu disyukuri. Apalagi jika keadaan keuangan kita memang pas-pasan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.  Alih-alih punya pikiran ke luar negeri, kalaupun terbersit maka yang terbayang adalah kota Haromain. Ya, ini memang kota dambaan khususnya bagi seorang mukmin, baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Selain pikiran untuk ibadah haji atau umrah maka kita bisa katakan: “Buat apa ke luar negeri?”
Mungkin di sebagian orang tidak ada masalah kalau jalan-jalan ke luar negeri, tapi kita yakin untuk ukuran  orang Indonesia pada umumnya, masih sangat sedikit golongan orang yang seperti ini.
singapore
Saya adalah golongan ‘orang Indonesia pada umumnya’.  Namun alhamdulillah... saya berkesempatan untuk pergi ke luar negeri.  Yes, we go to Malaysia and Singapore!  “We” karena saya adalah bagian dari rombongan LKMA 2013 SMAIT Insantama. Fourty five persons (teachers and students) joined in the programe.  Anda mungkin sudah terbayang berapa biaya untuk menjalankan program ini? Hampir dua peleton berangkat ke dua negara sekaligus.  Bukan atas biaya negara, atau diundang oleh negara yang bersangkutan.  Tapi kita memang ‘bondo dhewe’!
Inilah kehebatan pertama yang saya rasakan di LKMA ke-2 SMAIT Insantama, setelah LKMA ke-1 sukses di tahun sebelumnya. Hampir 200 juta rupiah biaya yang dibutuhkan untuk LKMA 2013. Dan ini sepenuhnya tergantung pada strugle para siswa kelas XII SMAIT Insantama untuk mendapatkannya dengan cara apapun yang dihalalkan syara’. Target waktu 11 bulan dimana mereka harus meng-collect dana tersebut.  Mencari sponsorship, menggalang donasi yang tidak mengikat, berwirausaha, hingga menabung.  Maka sekitar Rp.18.000.000,- menjadi target setiap bulan sejak mereka menjejakkan kaki di kelas XI.Di satu sisi, mereka juga akan menghadapi Ujian Nasional yang kurang 5 bulan lagi!  Ini kehebatan pertama....
inilah Pak Karebet 
Ngapain kita di LKMA??
Bergembiraaaa..... inilah jawaban yang keluar dari para peserta LKMA jika ditanya “ngapain kita hari ini?”.  Tapi benarkah di LKMA ini kita just happy-happy?  Apalagi kesan negara yang menjadi destinasi adalah Singapura. Negara yang selama ini sangat nyaman sebagai tempat melancong berbagai bangsa dan kepentingan.
Dimulai dari 10 November 2013 hingga sepuluh hari berikutnya kami menjalani ‘kegembiraan’ ini.7 hari di Maysia dan 3 hari di Negara Patung Singa Putih. 
Setiap hari, 04.00 waktu setempat (03.00 WIB) kita, baik guru pendamping maupun siswa, harus sudah bangun dan berpaikan rapi dengan uniform yang disepakati pada hari itu. Kemudian bersama-sama melakukan qiyamul lail dan bermunajat kepada Allah SWT.  Hampir setiap hari kami bertahajut dengan baju berdasi dan berjas dengan sepatu siap di luar SURAU. Sarung hanya digunakan untuk teman tidur.  Hingga waktu Shubuh, kita bersama-sama melaksanakan shalat berjama’ah.
Bagi saya pribadi, ini sangat memotivasi. Mengapa? Karena selama LKMA saya tidak pernah bolong dari qiyamul lail, sedangkan ketika saya di rumah, menegakkan shalat malam begitu berat dilaksanakan setiap hari!  Ini kehebatan kedua....
Bada shubuh,
Pak Andi bersalam hangat :D
Diteruskan dengan Evaluasi dan Persiapan.  Evaluasi untuk kegiatan yang telah dilalui, dan persiapan untuk mengkonsolidasi kegiatan di hari ini yang akan dilalui.Setiap pagi, masing-masing pembina (ada 7 person) memberikan penilaian terhadap apa yang sudah dilakukan oleh TIM.  Mulai dari hasil presentasi siswa, ibadah dan syakhsiyah mereka, kinerja kepanitiaan, hingga masalah kaos kaki yang digunakan oleh para siswa. Semua dievaluasi dan dinilai untuk mendorong para siswa semakin tampil excellent, meningkat kepercayaan diri mereka dan jiwa kepemimpinannya...

Pukul 08.00 WTS (waktu setempat), kita sudah OTW menuju tempat-tempat sasaran.  Sasaran LKMA memang universiti-universiti ternama di Malay dan Singapura. Meskipun ada juga sekolah menengah sederajat (Maktab Rendah Sains Mara-Johor) dan Kelompok Tokoh Muslim dan para Profesional (Singapura). -- Saya yakin cerita lengkap tentang tempat sasaran ini sudah dibahas habis di web.LKMA.2013. So, saya tidak perlu menceritakan detainya di sini--
Kami para pembina, dalam misi ini hanya bertugas untuk mengantarkan para delegasi, yaitu anak-anak kami SMA kelas XII. Yes, kami hanyalah sebagai pengantar saja... ibarat orang tua yang mengantarkan anaknya bimbel.  Kami hanya memastikan bahwa anak-anak kami aman dan terhormat datang sebagai delegasi sekolah di negeri orang.
pak rimun - pak agung - pak muhib
Para siswalah yang bertugas mempresentasikan hasil STUDI KOMPARASI DUA NEGARA tentang TRANSFORMASIONAL LEADERSHIP kepada para profesor, doktor, birokrat dan tokoh masyarakat di Malaysia dan Singapura.  Inilah tugas utama para siswa kelas XII mengunjungi dua negara tetangga untuk: give the best presentation to people.
Dan people disana adalah orang yang terbiasa dengan dua bahasa, Melayu dan English.  Maka semua siswa dituntut untuk menyampaikan presentasi itu dalam 2 bahasa plus satu.  Bahasa satu lagi adalah ‘Arabic.Inilah kehebatan ketiga...
Semua presentasi disampaikan ke dalam tiga bahasa tersebut, kecuali presentasi di dua tempat, yaitu KBRI di Malaysia dan Singapura.Why?  Karena di tempat ini adalah ‘rumah kita sendiri’.  Kita bertemu dengan ‘orang tua’ kita sendiri.  Sehingga kita menggunakan bahasa ibu kita.  Namun lebih dari itu, agar kita bisa banyak menyerap dan menangkap informasi dari ‘orang tua’ kita yang tinggal di negeri orang tersebut sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin, tanpa ada salah paham tentang Malaysia dan Singapura.
suasana audience saat presentasi di UM
Tidak sekedar Presentasi!
Yup.. presentasi adalah wasilah kita untuk menyampaikan ide/gagasan.  Inilah yang ingin saya sampaikan.Sedangkan ide yang kami bawa adalah tentang HARAPAN PERUBAHAN... Perubahan negeri Indonesia, Malaysia, Singapura, dan dunia menuju keadaan yang lebih baik.  Dan yang menyampaikan tought of ideology tersebut adalah para pemuda yang berusia 17 tahun di hadapan intelektual, birokrat dan tokoh.
Tentu ini membutuhkan planning dan pengorganisasian yang tidak asal-asalan, karena kita tahu siapa yang akan kita hadapi. Dan inilah yang pemuda-pemuda itu lakukan.  Mereka menentukan siapa orang-orang yang cocok diantara mereka untuk berbicara di instansi-instansi yang berbeda.
Dan apa yang mereka sampaikan kepada audiens dapat  diterima dengan baik. Dengan segala kekurangannya, audiens menyadari bahwa yang menyampaikan adalah anak-anak SMA.  Tapi audiens mengakui tidak ada anak seusia SMA yang berani membuat program seperti LKMA ini!  Tidak ada anak-anak SMA yang berani berbicara dengan ide PERUBAHAN ini.  “Kalian... (kata Pak Dubes RI Singapura), sudah seperti mahasiswa Tingkat IV!”  Subhanallah...Luar Biasa... Allahu Akbar... Yes!  Ini masih kehebatan keempat!
Inggih... jika kita berkaca pada sejarah penyebaran Islam di Nusantara oleh para Wali Songo, yang salah satunya berda’wah dengan wasilah wayang kulit maka tidak berlebihan jika saya mengatakan, bahwa LKMA inilah ‘Wayang Da’wah’ tersebut.  Anak-anak belia itu adalah para da’inya.  Dan kedatangan kita diterima dengan hormat dan kehormatan oleh sahabat-sahabat di negara jiran itu.
Sama-sama datang ke Malay dan Singapura, bukan sebagai TKI, bukan sekedar melancong, bukan pula sekedar study banding.  Memang, LKMA tidak sekedar presentasi!    Ini baru kehebatan kelima.....
Kegiatan kunjungan rata-rata berakhir pukul 22.00 WTS.
Dengan badan letih namun tetap full of spirit, kami pulang menuju kolej-kolej kita. Setiap hari para siswa harus membuat reportase harian dan di-upload di web yang mereka buat sendiri.  Ada yang memang bisa langsung tidur, dan ada pula yang harus bertahan di depan layar laptop untuk mengerjakan tugas. Tidak terkecuali para pembina.
Semua waktu optimal untuk diskusi, observasi, latihan berda’wah dan menjalin public relation di negri jiran tersebut.
Bolehkah kita ‘membeli belah’ alias shopping? Tentu boleh... “Waktu Anda 40 menit dari sekarang!” kata PaKar (Pak Karebet).  Itupun cuma 2 kali. Satu di Central Market Malaysia dan satu lagi di area Mustofa Market-Singapura. ‘Belah’ yang dibeli pun ‘belah’ yang istimewa yang akan dipersembahkan untuk ummi dan abi mereka...
Bagiku, ini adalah Amazing Programe!  Disana saya banyak belajar dan menimba hikmah, baik dari muatan acaranya, dari anak-anak, dan dari kehidupan negara lain.  Saya sangat menantikan masa dimana ketika saya pergi ke 2 negara itu, mungkin bisa lebih dari Malay & Singapor, sudah tidak lagi menggunakan paspor dan sibuk dengan urusan imigrasi. Insya Allah akan tiba masa itu!
Bogor, Desember 2013
Mr. Agung








Tidak ada komentar:

Posting Komentar