LKMA 2013
Malaysia--Singapura ... Boleh..Boleh..Boleh,
LKMA Tak Sekedar Presentasi!
Tidak semua orang berkesempatan pergi ke luar negeri...
|
malaysia |
Inilah kesempatan yang perlu disyukuri. Apalagi jika keadaan keuangan
kita memang pas-pasan untuk kebutuhan
hidup sehari-hari. Alih-alih punya
pikiran ke luar negeri, kalaupun terbersit maka yang terbayang adalah kota Haromain. Ya, ini memang kota dambaan
khususnya bagi seorang mukmin, baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Selain
pikiran untuk ibadah haji atau umrah maka kita bisa katakan: “Buat apa ke luar
negeri?”
Mungkin di sebagian orang tidak ada masalah kalau jalan-jalan ke luar
negeri, tapi kita yakin untuk ukuran
orang Indonesia pada umumnya, masih sangat sedikit golongan orang yang seperti
ini.
|
singapore |
Saya adalah golongan ‘orang Indonesia pada umumnya’. Namun alhamdulillah... saya berkesempatan
untuk pergi ke luar negeri. Yes, we go to Malaysia and Singapore! “We” karena saya adalah bagian dari rombongan
LKMA 2013 SMAIT Insantama. Fourty five
persons (teachers and students) joined in the programe. Anda mungkin sudah terbayang berapa biaya
untuk menjalankan program ini? Hampir dua peleton berangkat ke dua negara
sekaligus. Bukan atas biaya negara, atau
diundang oleh negara yang bersangkutan.
Tapi kita memang ‘bondo dhewe’!
Inilah kehebatan pertama yang saya rasakan di LKMA ke-2 SMAIT Insantama,
setelah LKMA ke-1 sukses di tahun sebelumnya. Hampir 200 juta rupiah biaya yang
dibutuhkan untuk LKMA 2013. Dan ini sepenuhnya tergantung pada strugle para siswa kelas XII SMAIT
Insantama untuk mendapatkannya dengan cara apapun yang dihalalkan syara’.
Target waktu 11 bulan dimana mereka harus meng-collect dana tersebut.
Mencari sponsorship,
menggalang donasi yang tidak mengikat, berwirausaha, hingga menabung. Maka sekitar Rp.18.000.000,- menjadi target
setiap bulan sejak mereka menjejakkan kaki di kelas XI.Di satu sisi, mereka
juga akan menghadapi Ujian Nasional yang kurang 5 bulan lagi! Ini kehebatan pertama....
|
inilah Pak Karebet |
Ngapain kita di LKMA??
Bergembiraaaa..... inilah jawaban yang keluar dari para peserta LKMA
jika ditanya “ngapain kita hari ini?”.
Tapi benarkah di LKMA ini kita just
happy-happy? Apalagi kesan negara
yang menjadi destinasi adalah Singapura. Negara yang selama ini sangat nyaman
sebagai tempat melancong berbagai bangsa dan kepentingan.
Dimulai dari 10 November 2013 hingga sepuluh hari berikutnya kami
menjalani ‘kegembiraan’ ini.7 hari di Maysia dan 3 hari di Negara Patung Singa
Putih.
Setiap hari, 04.00 waktu setempat (03.00 WIB) kita,
baik guru pendamping maupun siswa, harus sudah bangun dan berpaikan rapi dengan
uniform yang disepakati pada hari
itu. Kemudian bersama-sama melakukan qiyamul
lail dan bermunajat kepada Allah SWT.
Hampir setiap hari kami bertahajut dengan baju berdasi dan berjas dengan
sepatu siap di luar SURAU. Sarung hanya digunakan untuk teman tidur. Hingga waktu Shubuh, kita bersama-sama
melaksanakan shalat berjama’ah.
Bagi saya pribadi, ini sangat memotivasi. Mengapa? Karena selama LKMA
saya tidak pernah bolong dari qiyamul
lail, sedangkan ketika saya di rumah, menegakkan shalat malam begitu berat
dilaksanakan setiap hari! Ini kehebatan
kedua....
Bada shubuh,
|
Pak Andi bersalam hangat :D |
Diteruskan dengan Evaluasi dan Persiapan. Evaluasi untuk kegiatan yang telah dilalui, dan
persiapan untuk mengkonsolidasi kegiatan di hari ini yang akan dilalui.Setiap
pagi, masing-masing pembina (ada 7 person) memberikan penilaian terhadap apa
yang sudah dilakukan oleh TIM. Mulai
dari hasil presentasi siswa, ibadah dan syakhsiyah mereka, kinerja kepanitiaan,
hingga masalah kaos kaki yang digunakan oleh para siswa. Semua dievaluasi dan dinilai
untuk mendorong para siswa semakin tampil excellent,
meningkat kepercayaan diri mereka dan jiwa kepemimpinannya...
Pukul 08.00 WTS (waktu setempat), kita sudah OTW menuju
tempat-tempat sasaran. Sasaran LKMA
memang universiti-universiti ternama di Malay dan Singapura. Meskipun ada juga sekolah
menengah sederajat (Maktab Rendah Sains Mara-Johor) dan Kelompok Tokoh Muslim
dan para Profesional (Singapura). -- Saya yakin cerita lengkap tentang tempat
sasaran ini sudah dibahas habis di web.LKMA.2013. So, saya tidak perlu
menceritakan detainya di sini--
Kami para pembina, dalam misi ini hanya bertugas untuk mengantarkan
para delegasi, yaitu anak-anak kami SMA kelas XII. Yes, kami hanyalah sebagai
pengantar saja... ibarat orang tua yang mengantarkan anaknya bimbel. Kami hanya memastikan bahwa anak-anak kami
aman dan terhormat datang sebagai delegasi sekolah di negeri orang.
|
pak rimun - pak agung - pak muhib |
Para siswalah yang bertugas mempresentasikan hasil STUDI KOMPARASI DUA
NEGARA tentang TRANSFORMASIONAL LEADERSHIP kepada para profesor, doktor,
birokrat dan tokoh masyarakat di Malaysia dan Singapura. Inilah tugas utama para siswa kelas XII mengunjungi
dua negara tetangga untuk: give the best
presentation to people.
Dan people disana adalah
orang yang terbiasa dengan dua bahasa, Melayu dan English. Maka semua siswa
dituntut untuk menyampaikan presentasi itu dalam 2 bahasa plus satu. Bahasa satu lagi
adalah ‘Arabic.Inilah kehebatan
ketiga...
Semua presentasi disampaikan ke dalam tiga bahasa tersebut, kecuali
presentasi di dua tempat, yaitu KBRI di Malaysia dan Singapura.Why?
Karena di tempat ini adalah ‘rumah kita sendiri’. Kita bertemu dengan ‘orang tua’ kita
sendiri. Sehingga kita menggunakan
bahasa ibu kita. Namun lebih dari itu,
agar kita bisa banyak menyerap dan menangkap informasi dari ‘orang tua’ kita
yang tinggal di negeri orang tersebut sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin,
tanpa ada salah paham tentang Malaysia dan Singapura.
|
suasana audience saat presentasi di UM |
Tidak sekedar
Presentasi!
Yup.. presentasi adalah wasilah
kita untuk menyampaikan ide/gagasan.
Inilah yang ingin saya sampaikan.Sedangkan ide yang kami bawa adalah tentang
HARAPAN PERUBAHAN... Perubahan negeri Indonesia, Malaysia, Singapura, dan dunia
menuju keadaan yang lebih baik. Dan yang
menyampaikan tought of ideology
tersebut adalah para pemuda yang berusia 17 tahun di hadapan intelektual,
birokrat dan tokoh.
Tentu ini membutuhkan planning dan pengorganisasian yang tidak
asal-asalan, karena kita tahu siapa yang akan kita hadapi. Dan inilah yang
pemuda-pemuda itu lakukan. Mereka
menentukan siapa orang-orang yang cocok diantara mereka untuk berbicara di
instansi-instansi yang berbeda.
Dan apa yang mereka sampaikan kepada audiens dapat diterima dengan baik. Dengan segala
kekurangannya, audiens menyadari bahwa yang menyampaikan adalah anak-anak
SMA. Tapi audiens mengakui tidak ada
anak seusia SMA yang berani membuat program seperti LKMA ini! Tidak ada anak-anak SMA yang berani berbicara
dengan ide PERUBAHAN ini. “Kalian...
(kata Pak Dubes RI Singapura), sudah seperti mahasiswa Tingkat IV!” Subhanallah...Luar Biasa... Allahu Akbar...
Yes! Ini masih kehebatan keempat!
Inggih... jika kita berkaca pada sejarah penyebaran Islam di Nusantara oleh
para Wali Songo, yang salah satunya berda’wah dengan wasilah wayang kulit maka tidak berlebihan jika saya mengatakan,
bahwa LKMA inilah ‘Wayang Da’wah’
tersebut. Anak-anak belia itu adalah
para da’inya. Dan kedatangan kita
diterima dengan hormat dan kehormatan oleh sahabat-sahabat di negara jiran itu.
Sama-sama datang ke Malay dan Singapura, bukan sebagai TKI, bukan
sekedar melancong, bukan pula sekedar study banding. Memang, LKMA tidak sekedar presentasi! Ini baru kehebatan kelima.....
Kegiatan kunjungan rata-rata berakhir pukul 22.00 WTS.
Dengan badan letih namun tetap full of spirit, kami pulang menuju kolej-kolej kita. Setiap hari para siswa harus membuat reportase
harian dan di-upload di web yang mereka buat sendiri. Ada yang memang bisa langsung tidur, dan ada
pula yang harus bertahan di depan layar laptop untuk mengerjakan tugas. Tidak
terkecuali para pembina.
Semua waktu optimal untuk diskusi, observasi, latihan berda’wah dan
menjalin public relation di negri
jiran tersebut.
Bolehkah kita ‘membeli belah’
alias shopping? Tentu boleh... “Waktu
Anda 40 menit dari sekarang!” kata PaKar (Pak Karebet). Itupun cuma 2 kali. Satu di Central Market
Malaysia dan satu lagi di area Mustofa Market-Singapura. ‘Belah’ yang dibeli
pun ‘belah’ yang istimewa yang akan dipersembahkan untuk ummi dan abi mereka...
Bagiku,
ini adalah Amazing Programe! Disana saya
banyak belajar dan menimba hikmah, baik dari muatan acaranya, dari anak-anak,
dan dari kehidupan negara lain. Saya
sangat menantikan masa dimana ketika saya pergi ke 2 negara itu, mungkin bisa
lebih dari Malay & Singapor, sudah tidak lagi menggunakan paspor dan sibuk
dengan urusan imigrasi. Insya Allah akan tiba masa itu!
Bogor, Desember 2013
Mr. Agung