Senin, 25 Februari 2013

LKMM [Menapaki Jejak di "Cibitung Kulon"]


Setelah program “TAKLUKAN CIANJUR” menggetarkan kota Bogor dan sekitarnya oleh angkatan dua SMAIT Insantama, kini mereka kembali menggetarkan bahkan memporak-porandakan kota Bogor tepatnya di desa Cibitung Kulon. “LKMM” (Latihan Kepemimpinan Management tingkat Menengah) adalah program lanjutan LDK yang telah mereka laksanakan pada tahun pertama, dengan metode ‘terjun’ langsung ke masyarakat dan melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi apa yang sebenarnya dimiliki oleh desa Cibitung Kulon.

“LKMM” dilaksanakan pada tanggal 10-12 September 2012, diikuti oleh seluruh siswa kelas 11 yang terdiri dari 16 ikhwan dan 23 akhwat. Dimana mereka kembali dipecah menjadi 8 kelompok, guna ‘mengorek’ informasi di 8 RW. Sebelum program “LKMM” dilaksanakan, seperti tahun kemarin mereka juga diharusnya mencari dana sebesar 10 juta dalam waktu kurang dari 10 hari. Dan alhamdulillah target tersebut dapat tercapai, walau sebelumnya banyak mendapat kendala.

Di pinggiran kota Bogor, jauh dari keramaian hiruk pikuk kota terdapat suatu desa dimana desa tersebut terkenal karena tingkat kemiskinannya yang tinggi. Sehingga desa tersebut cocok dijadikan tempat KKN bagi para mahasiswa, sebut saja desa Cibitung kulon. Kembali siswa kelas 11 menapakan jejak, setelah tahun kemarin kakak kelas mereka melakukan survey ditempat yang sama.

Hari Senin 10 September 2012, pukul 06.00 semua siswa kelas 11 sarapan dengan menu yang khas yaitu 2 butir telur dan segelas air madu. Tepat pukul 06.30 siswa kelas 11 berkumpul didepan sekolah untuk mendengarkan pesan dari kepala sekolah SMAIT Insantama bapak S.M.Pertiwiguno atau yang biasa mereka sapa dengan sebutan pak Uno. “jangan terlena dengan pemandangan yang ‘dihadirkan’ , ingat tujuan dan niatnya.” Salah satu pesan pak Uno kepada siswa kelas 11.

Pukul 07.00 siswa kelas 11 berangkat menuju Cemplang dengan menaiki angkot dan dilanjutkan berjalan sampai kantor kepala desa, dengan menempuh jarak 13 km. Walau badan dan wajah bersimbahkan keringat dan sinar matahari yang cukup menyengat, tidak meluluhkan semangat mereka untuk terus berjalan. Bagi mereka jarak 13 km belum ada apa-apanya, dari LDK tahun kemarin yang menempuh hampir 55 km.




Matahari tepat berada diatas kepala , ketika mereka sampai di kantor kepala desa Cibitung Kulon. Mereka disambut baik oleh SekDes (sekertaris desa), sayang mereka tidak bertemu langsung dengan pak H.Oji selaku Kades (kepala desa) disana dikarenakan satu dan lain hal. Setelah berpijit-pijit ria, dilanjutkan sambutan oleh sekdes. Karena badan sudah pegal-pegal dan rasa kantuk yang tak bisa ditahan lagi, akhirnya mereka diperbolehkan untuk beristirahat dikediaman Ust.Mumuh.

Pukul 13.00-15.00 digunakan mereka untuk melepaskan lelah, dan tidur. Setelah badan sudah kembali pulih, acara selanjutnya adalah berkeliling desa. Walau gerimis terus membasahi desa, tak menghalau mereka untuk terus berjalan. Menapaki jejak-jejak di 8 RW, melewati sawah-sawah yang terhampar luas. Cukup pemandangan yang menyegarkan mata, dikarenakan sulit didapati di tengah kota Bogor. Setelah puas berkeliling dan mengetahui batas-batas desa, mereka kembali mendatangi kantor kepala desa untuk melihat monogram desa Cibitung Kulon dan pembagian kelompok.

Hari ke-2 adalah hari ‘pertempuran’ mereka untuk mencari informasi masyarakat setempat. Dengan bermodalkan pena dan buku catatan, mereka terus maju guna mencari jawaban atas semua pertanyaan yang terus berputar dikepala mereka. Mengetok pintu ke pintu, mendatangi warga satu per satu, bahkan mengejar warga setempat mereka lakukan. Banyak kisah inspiratif yang mereka dapat, bahkan salah satu dari warga tersebut menangis. Menyentuh sebagian hati mereka, melihat kenyataan yang sebenarnya.



Bagi mereka satu hari tak cukup untuk mengelilingi desa, namun cukup untuk mengetahui apa yang terjadi. Rumah-rumah warga yang sudah tak layak untuk ditempati , bahkan kemiskinan yang mereka alami selama bertahun-tahun. Bu Mun adalah salah satu warga RW 4 yang mengaku selama 30 tahun beliau tinggal tidak ada perubahan, bahkan jalan desa pun tak ada perbaikan. Bala bantuan tak sampai ke tujuan, dan para pemuda yang memilih pergi ke kota dari pada membangun desanya.


Malamnya mereka berkumpul untuk menyatukan hasil survey masing-masing RW, sampai pukul 11 malam. Setelah perjuangan menjadi wartawan dadakan selama satu hari, guna mencari apa saja SWOT yang terdapat di desa tersebut. Dengan wajah lelah dan kantuk yang tak bisa ditahan, akhirnya menimbulkan kesimpulan bahwa desa tersebut berpotensi menjadi desa agraris. Dan solusi bagi desa tersebut adalah melakukan PEMBENAHAN.




Melihat slide demi slide yang ada, foto demi foto. Membuat mereka meringis betapa kemiskinan itu hampir disetiap pelosok desa. Yang kaya sangat kaya, yang miskin sungguh kasihan. Banyak fakta-fakta terungkap, seperti adanya sabung ayam dan lintah darat/rentenir. Dan betapa kagetnya ternyata ada salah satu warga RELA menjual dirinya hanya untuk membayar tagihan rentenir yang hanya ratusan ribu, sungguh miris mendengarnya.


Hari ke- 3 adalah hari terakhir di desa Cibitung kulon, pukul 10 tepat kembali mereka pergi ke kantor kepala desa untuk melakukan persentasi apa saja yang telah mereka dapatkan selama 3 hari 2 malam. Slide demi slide ditampilkan di depan sekdes dan wakil RW, fakta- fakta diumbar secara ‘frontal’. Hasil dari analisis yang siswa kelas 11 lakukan mendapatkan penilaian 100 % benar atau sesuai dengan fakta.


Setelah semua selesai, siswa kelas 11 kembali pergi kerumah Ust.Mumuh untuk menikmati secangkir es degan. Pukul 13.00 berangkat menuju SIT Insantama, tetapi kali ini mereka tidak lagi berjalan kaki melainkan menaiki angkot. Selama perjalanan semua siswa tertidur pulas, terpancar kepuasan di raut wajah mereka.


Kesekian kalinya mereka mendapatkan pengalaman baru, belajar bagaimana orang lain hidup. Bersyukur atas nikmat ALLAH SWT yang telah mereka dapatkan, membuka mata hati bahwa masih ada orang yang membutuhkan bantuan. Kembali siswa SMAIT Insantama mengukir sejarah dipelosok kota Bogor, yang jauh dari jamahan orang-orang. Yang mungkin saja orang kota tidak tahu bahwa disini masih banyak orang yang jauh dari kata sejahtera.




Jejak langkah mereka telah ditakdirkan untuk menjadi seorang pengubah dunia, menghapuskan semua persepsi bahwa dunia ini tidak adil. Meneguhkan argument bahwa tak ada yang mustahil untuk dilakukan, nikmati prosesnya. Dengan begitu duniakan melihatmu.


Selamat untuk siswa kelas 11 yang telah berhasil mendapatkan gelar “konsultan remaja”. Semoga dilain waktu bukan hanya Bogor yang kalian getarkan dengan langkah kalian, tapi MALASYAkan kalian getarkan dengan langkah calon pemimpin dunia! ALLAHU AKBAR!![Ksatria malam]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar