Minggu, 17 November 2013

#H+2 “Rihlah ke Sudut Malaysia”

Perjuangan kami di negeri tetangga masih berlanjut. Sama seperti hari sebelumnya, pagi di hari ketiga ini (12/11/13) kami awali dengan sholat tahajjud dan sholat subuh berjamaah di suraunya masing-masing.  Surau akhwat di kolej 11 dan ikhwan di kolej 10. Seperti biasa juga ikhwan harus berjalan dulu ke kolej 10 untuk melakukan briefing bersama di kantin kolej 11 tepatnya pada pukul 06.00 waktu setempat. Briefing dan evaluasi ini selalu dilakukan agar kami senantiasa menjadi manusia yang lebih baik dari hari sebelumnya. Satu per satu Pembina pun memberikan masukan dan evaluasinya. Semua evaluasi dapat di simpulkan bahwa kemampuan dan team building di hari kemarin lebih solid dari pada hari sebelumnya.

evaluasi dan briefing
ustad muhib dan ustad rimun bersalaman :)
breakfast
Waktu menunjukan jam 09.00 waktu setempat. Kami pun bersiap-siap untuk berangkat. Akhirnya bis kami pun datang dan langsung kami bergegas menuju tempat tujuan pertama kami yaitu Masjid Besi Putrajaya.
Selama di dalam bis, kami didampingi oleh seorang tour guide yaitu Kak Azim. Hmm, sejak setahun lalu pemerintah Malaysia membuat kebijakan baru bahwa setiap kunjungan dari luar Negara, dalam setiap perjalannya harus didampingi oleh seorang tour guide. Nah,  beliau menjelaskan semua yang diketahui tentang Malaysia, dari mulai mengartikan slogan khas Malaysia yaitu ‘Satu malaysia’ sampai menjelaskan tempat-tempat bersejarah di Malaysia yang dilalui oleh delegasi.
mecncari souvenir di kedai souvenir UM
berfoto di masjid negara (ikhwan)

berfoto di depan masjid besi putra jaya (ikhwan)
Akhirnya kami pun sampai di Masjid Besi Putrajaya sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, yaa.. itulah sebenarnya nama asli dari masjid ini. Kami langsung bergegas masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat tahiyyatul masjid dan sholat dhuha. Tak lama selepas sholat, kami dikumpulkan oleh para Pembina. Dijelaskan alasan filosofis mengapa harus ke masjid ini dulu. Masjid ini unik, mengintegrasikan unsur teknologi yang kuat terasa pada bagian dinding hingga atapnya yang kesemuanya menggunakan baja stainless dan sistem pendingin yang sedemikian rupa dengan unsur religiusnya sebagai sebuah tempat ibadah yang membuat jama’ahnya bisa dengan mudah khusyuk. Dua fungsi yang tidak terpisahkan, memadukan dunia akhirat. Akhirnya, Pembina pun mengasosiasikannya dengan kisah proses perjuangan kami yang memadukan kemampuan dunia (fundraising, master in language dan kompetensi akademik yang disyaratkan) dengan taqorrub ilallah (pembiasaan sholat dhuha, sholat tahajjud dan lain2). Itulah mengapa kemudian kami akhirnya tanpa digesa, melakukan sujud syukur atas izin Allah sehingga kami bisa mewujudkan mimpi besar kami ini.  

berfoto depan masjid negara (akhwat)
Setelah selesai melaksanakan solat dhuha kami berlanjut ke lantai dasar masjid, dimana disana ada kafetaria dan langsung saja tanpa basa basi kami  makan siang yang dipercepat di sini juga. Mumpung harganya semurah di kantin kampus yang pastinya sangat pas dengan uang saku yang terbatas dan semakin menipis.
Selesai makan siang, kami masuk kembali ke dalam bis yang akan membawa kami ke tempat berikutnya. Sekitar pukul 02.00 waktu setempat kami sampai di Masjid Negara. Kami pun mengabadikan  tulisan liwa terbesar di dunia ini dengan berfoto bersama tepat di depannya.

Karena jam telah memasuki waktu dzuhur, akhirnya langsung kami melakukan solat berjamaah kembali di masjid ini.

Sholat sudah, makan sudah, ini lah waktu yang kami tunggu-tunggu, waktu dimana kami bisa mendapatkan barang khas Malaysia, dimana kita bisa membeli oleh-oleh khas Malaysia. Yaa.. Central Market adalah tujuan kami selanjutnya. Tapi tunggu dulu… ini bukan seperti yang dibayangkan. Yap, kami diberi tugas khusus agar bisa mencari cinderahati yang benar-benar khas dan menyejukkan hati untuk orangtua kami masing-masing. Sebuah persembahan atas doa dan restu yang tak pernah padam dari orang tua.

Akhirnya kami bergegas masuk ke dalam bis dan tidak sabar untuk cepat sampai di central market. Tanpa terasa waktu cepat berlalu, tidak lama kita duduk di dalam bis akhirnya kami sampai di central market. Di sini kami memiliki waktu 45 menit untuk membeli barang khas Malaysia, dan di 45 menit Pak Karebet menegaskan, bahwa di sini kami  diminta membeli barang yang special untuk ibunda kami tercinta di rumah. Tanpa basa basi kami pun menyebar di central market ini. Kami focus pastinya.

Tanpa terasa, waktu 45 menit  pun habis, kami langsung bergegas berkumpul kembali di dalam bis. Tapi sesuatu terjadi… hemmm… Karena saking fokusnya, ada beberapa dari kami yang telat, yang datang tidak tepat pada waktunya. Akhirnya Pembina menetapkan bahwa yang telat harus diberi hukuman yaitu dia harus meminta maaf kepada semua peserta dan Pembina di depan bis menggunakan mic.

Bis kembali berjalan, membawa kami yang telah membawa barang khas dari  Malaysia, dari mulai kaos, gantungan kunci, pajangan khas Malaysia, dan yang lainnya. Bis pun melaju membawa kami kembali ke asrama UM. Di sini kami akan beristirah terlebih dahulu, sebelum kami melakukan presentasi dan diskusi di malam hari di depan rekan rekan pengemban dakwah mahasiswa UM.

Di perjalanan pulang Pak Karebet kembali menegaskan, bahwa kami di sini bukan jalan-jalan. Termasuk hari ini kami melakukan kunjungan untuk mengetahui lebih tentang islam.

Pukul 7, kami menuju kolej 11 untuk melakukan acara berikutnya, sebelum diskusi kami mengisi perut terlebih dahulu. Tepat pukul 8 waktu setempat, acara diskusi langsung dimulai dengan presentasi pihak SMAIT Insantama yang diwakilkan oleh Abduh dan Afif sebagai MC, Aulia dan Salsa, Addin dan Fadhil, serta Syifa nailah dan Hazidah berturut-turut sebagai presentator pertama, kedua, dan ketiga. Presentasi kali ini kembali kami tidak menggunakan LCD. Diawali dengan presentasi dari pihak kami, dan selanjutnya satu per satu dari pihak rekan rekan dakwah mengenalkan dirinya.

Dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung hangat. Berbeda dengan forum presentasi dan diskusi  di PPI UM kemarin, di sini ikhwan akhwat dipisah, bukan cuma itu  ikhwan dibentuk menjadi 2 kelompok lebih kecil supaya kami bisa bertanya lebih dan mendapatkan jawaban yang lebih dan juga lebih fokus tentunya.
Akhirnya sekitar pukul 11 waktu setempat, diskusi pun berakhir. Seperti biasa, sebelum berpisah pihak dari kami memberikan cinderahati dan juga kami semua bersalam-salam ke semua pihak rekan dakwah. Kami pun harus kembali berjalan kaki menuju kolej 11, yaa.. namanya juga latihan kita harus tetap menjalankannya walau kaki sudah tak kuat….

the else picture ~








[IPL]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar